Jumat, 17 Juli 2009

Siapa takut jatuh cinta

Namaku Doni, dari latar belakang keluarga yang tidak mampu. Sebagai anak pertama dari keluarga yang pas-pasan, aku selalu berusaha membantu orang tuaku. Beruntung aku memiliki otak yang lumayan cemerlang dan wajah yang.. mmh.. kata orang sih cucok sekali. Sejak kecil hingga kini aku berusia 16 tahun, aku selalu mendapat beasiswa. Bahkan tak jarang aku mendapat uang jajan dari hasilku mengajari teman-teman sekolahku. Kuanggap uang itu adalah rasa terima kasih atau rasa kasihan dari mereka, tapi lumayanlah sehingga aku bisa menabung sedikit demi sedikit.

Setelah lulus SMP, aku ikut pamanku ke
kota J. Disini aku mendapat tawaran beasiswa disebuah sekolah khusus pria dengan standar internasional yang sangat bergensi dan mutu pendidikan serta fasilitas kelas satu. Meskipun aku anak baru dan tidak sekaya yang lain, aku merasa cocok dan betah bersekolah disana. Memang ada beberapa anak kaya yang nakal dan pemalas, namun dengan kepandaian dan akalku yang panjang, kian hari mereka sepertinya makin segan dengan diriku.

Setengah tahun sudah aku mengeyam pendidikan ditempat ini dengan hasil studi yang sangat membanggakan. Teman-temanku semakin banyak bahkan beberapa anak senior pun mau bersahabat denganku. Suatu hari aku dipanggil kepala sekolah untuk membicarakan mengenai mau tidaknya aku bergabung dengan klub renang mereka. Awalnya aku merasa minder sekali, bukan saja karena aku adalah yang paling miskin, tapi aku juga adalah siswa junior pertama yang bergabung. Namun kepala sekolah meyakinkan aku, bahwa aku pasti mampu membuat nama sekolah ini semakin harum, disamping Roger D, Jonathan F, Indra B dan Steve E.

Mereka ber-4 ini siswa kelas tiga yang paling kaya, paling keren dan ditakuti oleh semua murid bahkan guru-gurupun segan berurusan dengan mereka. Namun menurutku, diantara mereka Steve lah yang paling sopan, pendiam, bekarisma, tidak sombong dan senyumannya itu yang paling.. mmh sungguh mempesona.

Sore itu aku diminta guru olah raga untuk datang ke gedung kolam, katanya sih
untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut mengenai kerjasama tim oleh ke-4 siswa tersebut. Suasana sekitar gedung itu sepi sekali, mungkin karena sudah bukan jam sekolag lagi. Pelan-pelan aku membuka pintu kaca dan masuk kedalam gedung kolam itu. Wah,.. kerennya. Tapi, kok sepi, aku sama sekali tidak melihat orang, bahkan air dalam kolam pun begitu tenang solah-olah sudah beberapa jam tempat ini tidak ada aktifitasnya.

"Halo,.. apa ada orang?", teriakku.
Namun yang menjawabku hanya gema suaraku sendiri. Kupikir, baiklah aku menunggu saja sambil berjongkok dipinggir kolam. Tapi, hei.. tiba-tiba ada orang yang mendorongku dari belakang sehingga aku tercebur dan basah kuyup seluruh seragamku. Setelah berusaha mengatasi keadaanku, aku melihat ke-4 cowok keren itu sudah ada dipinggir kolam, tepat dimana aku hendak keluar dari pinggiran kolam renang. Tapi apa yang terjadi sungguh diluar dugaanku. Mereka berempat seperti anak kecil dan saling main cebur-ceburan, namun kulihat Steve tetap cool dan tidak itkut bergabung dengan permainan para sahabatnya itu.Jadilah aku dan 3 orang senior tersebut ada didalam kolam dengan seragam sekolah kami.

"Payah luh Steve, ayo dong turun sini"
Ajakan Roger malah dijawab dengan kepergian Steve meninggalkan gedung kolam itu.
"Ah, payah tuh anak. Memang kalo basah begini, kecakepan kita hilang ha ha ha", canda Indra kepada Roger dan Jo.
"Enggak dong justru tambah sexy, sensual gitu ha ha ha", balas Jo tak mau kalah.
"Sudah yuk, mandi. Entar gue masuk angin bisa diomelin sama nyokap", rengek Roger.
Jadilah mereka bertiga keluar kolam.
"Don, kok diam saja, ayo keringin baju kamu nanti sakit loh", kata Jo mengajakku untuk ikut bersama mereka mebilas tubuh kami. Akupun mengikuti mereka dari belakang menuju ruang bilas disamping kolam.

Sampai disana aku sudah melihat Roger berbugil ria disamping Indra dibawah semprotan air hangat. Mereka bermain-main busa sabun dan saling melempar busa. Tubuh Indra yang besar tertutup sebagian oleh busa-busa sabun itu, namun kontolnya yang panjang dan tersembul diantara jembutnya yang lebat, masih dapat kulihat. Begitu juga dengan Roger, jelas sekali anak itu belum disunat. Karena aku melihat Indra dengan asyiknya menarik-narik ujung kulup kontol Roger. Rogerpun membalas dengan menggelitik badan Indra yang besar bak Ade Rai itu. Belum selesai aku kaget dengan pemandangan yang indah itu, tiba-tiba Jonathan yang sudah ikut bugil disampingku menghentakan lamunanku.
"Kok, bengong. Biasa aja lagi. Kita memang sering kok main-main begini. Cuma Steve aja yang nggak pernah mau main bareng kita. Ayo, cepat buka baju kamu dan taruh di ceilling fan
sana!"

Setelah bajuku selesai kubuka aku berjalan kearah shower dimana saat ini, Roger, Jonathan dan Indra sudah saling menyabuni badan satu sama lain. Aku masih mengenakan kolor, namun tiba-tiba saja kolorku dibuka oleh Indra.
"Sudah, nggak usah malu-malu, gabung aja sini"
Karena lantai licin penuh dengan air sabun aku tergelincir dan jatuh saat Indra melorotkan kolorku. Ketika hendak bangun, dihadapan wajahku sudah tersodor 3 kontol dengan posisi tegang berdiri tegak.

"Don, kalau kamu mau gabung dengan tim kita, kamu harus ikut pelantikan dulu", kata Roger sambil menyeringai sinis.
"Iya, sama kok seperti semua anak anggota tim renang kita, semua sudah merasakan kontol kita bertiga. Kamu pasti nggak mau dibilang homo
kan?", ancam Jo untuk memfitnahku bila tak kulakukan kemauan mereka.
"Buka mulut kamu!" bentak Indra.

Saat berlutut menghadapi kontol mereka, hapghh.. agghh.. rahang bawahku digenggam erat oleh Indra sehingga mulutku terbuka lebar karena sakit. Saat itulah kontol Indra yang besar dan panjang itu dimasukannya ke dalam mulutku. Dengan masih memegang kepalaku, Indra mulai menggenjot pantatnya. Ia memasukan kontolnya yang tak kurang dari 19 cm, gemuk dan berurat itu sampai kedalam tenggorokanku. Hapghh.. hapghh.. aku hampir tersedak akibat sodokan kontolnya yang panjang sampai ketenggorokanku. Jembut hitamnya yang kasar dan lebat itu menempel dihidungku, setiap kali Indra memajukan kontolnya. Bibirku sampai dapat merasakan betapa kasar dan lebatnya jembut keriting Indra.

Roger dan Jo pun mengarahkan tanganku untuk mulai mengocok kontol mereka. Jadilah posisiku berlutut tepat didepan Indra, dan diapit oleh Roger dan Jo yang saat ini sedang aku kocok. Aku tak bisa melihat ukuran maupun bentuk kontol mereka berdua, karena didepan mukaku persis sudah penuh dengan bulu-bulu halus dari bagian perut bawah Indra. Tiba-tiba Indra mencabut kontolnya dari mulutku.
"Syukurlah sudah selesai", pikirku.
Udara segar langsung dapat kurasakan, dan segera aku membersihkan bibirku dari beberapa jembut Indra yang rontok. Namun ternyata 'siksaan' ini belum selesai.

Roger dan Jo segera mengarahkan burungnya masing-masing didepan mulutku. Belum sempat aku berdiri, mereka berdua sudah mulai memasukan kontolnya kedalam mulutku. Untunglah kontol mereka tidak sebesar milik Indra, kalau tidak pasti mulutku akan mendapat jahitan he he he.

Jo memiliki kontol sekitar 17 cm, cukup panjang, tapi untunglah kontolnya tidak segemuk Indra. Sedangkan Roger memiliki kontol yang belum disunat, pertama-tama dimasukannya berikut kulit kulupnya kedalam mulutku. Namun karena Jo lebih dulu membenamkan kontolnya dimulutku, maka mulutku jadi sempit, sehingga kulit kulup kontol Rogerpun terbuka dan tertarik kebelakang. Saat kepala kontolnya bergesekan dengan gigiku, Roger mulai mengerang keenakan dan menggelinjang. Aroma kontol Roger begitu khas, baunya agak amis disekitar kepala kontolnya. Mungkin karena selama ini selalu tertutup oleh kulit kulup tersebut. Ternyata bau kulup Roger itu mampu membangkitkan gairahku. Saat mereka berdua menggenjot mulutku dengan kontolnya, kurasakan kontolku sendiripun mulai berdiri tegak.

Belum lama mulutku dimasuki oleh kontol Roger dan Jo, pinggangku diangkat naik oleh Indra. Kini aku harus melayani Roger dan Jo dengan posisi nungging. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Indra. Roger dan Jo masih sibuk memopa mulutku, kadang-kadang jembut Jo juga menempel dihidungku. Aromanya berbeda dengan milik Indra. Jembut indra begitu kasar dan beraroma maskulin sedangkan Jo memiliki jembut yang lebih halus, tidak seberapa keriting tapi paling lebat diantara Roger dan Indra. Jo memiliki tubuh yang dipenuhi oleh bulu-bulu halus. Bahkan bulu ketiaknya pun sangat lebat, hitam lebat dan halus. Aku melihatnya saat kulirikan mataku kearah mereka berdua, aku penasaran apa yang mereka berdua lakukan. Ternyata Roger dengan cekatan menjilati tubuh Jo. Puting susu Jo yang kecil dan kemerahan itu digigit-gigitnya, kemudian dijilatinya lengan bawah Jo lengkap dengan bulu-bulu ketiaknya pun tak luput dari sapuan lidah Roger. Beberapa kali mereka berdua berciuman, memainkan lidah bahkan saling memasukan lidah kedalam mulut masing-masing.

Beberapa kali aku merasakan cairan pre cum Roger keluar mengalir masuk kedalam mulutku. Indra yang sejak tadi sudah mengangkat pinggangku, asyik mengocok kontolnya yang besar itu sendirian. Untunglah dia self service, pikirku, kalau tidak pasti bibirku sudah doer he he he.

Kontolku yang dari tadi sudah berdiri tegang, tiba-tiba digenggam erat oleh Indra. Dia memainkan ujung lubang kencingku dan urat yang ada dibalik kepala kontolku. Tak ayal lagi, aku langsung menggelinjang keenakan. Saking enaknya, 2 kontol yang ada dimulutkupun terlepas. Aku mengerang keenakan. Arghh.. arghh.. birahiku serasa memuncak dan ingin segera dilepaskan.

Kuletakan lenganku pada dinding shower dan Indrapun dengan leluasa merogoh kontolku dari arah pantat ke bawah selangkanganku. Tak hanya sampai disitu, aku merasakan liukan lidah membasahi lubang anusku. Ternyata Indra membenamkan wajahnya ke dalam pantatku yang berbentuk sexy itu dan memainkan ujung lidahnya didalam anusku. Arghh.. arghh.. arghh.. aku megap-megap nggak karuan, seperti ikan diluar air.
"Ayo Dra, masukin. Baru sah kalau sudah begitu", kata Jo sambil burungnya diisap oleh Roger.
Hah, apa.. apa yang mau dimasukin, pikirku. Namun, tiba-tiba aku mendapat hentakan yang keras sekali. Aku merasakan anusku ada yang mendorong berusaha masuk. Sebuah benda tumpul yang ukurannya.. astaga.. besar sekali. Akupun mengerang kesakitan. Rasanya tidak mungkin anusku yang masih virgin itu bisa muat dimasuki oleh kontol Indra yang notabenenya 'GEDE BANGET'.
"Ahkk.. ahkk", aku berteriak-teriak kesakitan.
Roger dan Jo mentertawaiku.
"Terus saja kamu teriak. Gedung ini sudah kosong, tidak ada yang bisa mendengar teriakan kamu", kata Roger.
"Ha ha ha, belum tahu dia rasanya. Loe kalau sudah difuck sama Indra pasti ketagihan lagi, ya nggak Ger, ha ha ha" Kata Jo.

Aku sudah tak bisa berpikir jernih lagi, takut dan sakit, hanya itu yang ada dalam benakku. Tapi aku tidak mungkin bisa melawan mereka bertiga, apalagi si Indra yang memiliki badan bagaikan binaragawan itu.
"Sekali ini saja, habis ini loe gue nyatakan sudah dilantik menjadi anggota club kita" Kata Indra sambil terus berusaha memasukan kontolnya ke dalam anusku.
Agrhkk.. kali itu jeritanku yang paling keras dan paling panjang. Bagaikan diperkosa aku merasakan sakit yang amat sangat. Indra berhasil membenamkan kepala kontolnya kedalam lubang anusku. Rasa sakit yang amat sangat itu tidak hanya membuat kontolku kembali menciut tapi mataku juga berkunang-kunang dan badanku limbung seperti hampir pingsan.

Aku masih sempat merasakan gesekan kontol Indra dianusku, diiringi oleh sorakan penambah semangat dari Roger dan Jo. Saat iu aku mulai terjatuh dan tak sadarkan diri. Disaat yang sama pula, Steve tiba-tiba muncul, bagaikan malaikat penolong bagiku. Setelah itu..
"Doni.. Doni.., bangun Don", suara itu begitu lembut, terbisik halus ditelingaku.
Belum sempat kubuka mataku, aku merasakan sakit pada anusku. Bibirku pun bengkak, sehingga agak sulit untuk berbicara. Mata kiriku sakit, sepertinya bengkak akibat jatuh saat pingsan di ruang bilas tersebut.
"Don.. Doni.. please wake up, sweet hearth", suara itu kembali terdengar.
Antara sadar dan tidak sadar, aku berusaha sekuat tenaga untuk membuka mataku. Namun, lagi-lagi rasa sakit itu menguasai keadaanku.
"Arghh.. ssrt.., sakit", kataku pelan sambil kubuka mataku.
"Nggak apa-apa sayang, kamu pasti akan sembuh. Satu atau dua hari lagi pasti kamu akan sembuh total",
Mataku berusaha kupicingkan dan pikiranku pun kukonsentrasikan, ternyata baru kuketahui suara lembut itu adalah Steve. Akupun kembali merasa takut.
"Mmrghh.. kamu.. mmrghh"
Sambil menaruh jari telunjuknya didepan mulutku, "Sst.. sst.. Don, kamu jangan takut sama aku yah. Aku nggak akan menyakiti kamu, sebaliknya aku akan menjaga kamu. Saat ini k.a.m.uu", kata-kata itu belum selesai diucapkannya, aku sudah kembali tertidur.

Tak terasa sudah 1 hari aku tidak bangun dari tempat tidur.
Setelah aku sadar sepenuhnya, "Steve, maafin aku yah, jadi merepotkan kamu. Aku harus pulang dan memberitahu pamanku serta sekolah bahwa aku sakit", kataku kepada Steve.
"Kamu tidak perlu repot-repot memikirkan semuanya itu. Percayalah, aku sudah membereskan semuanya. Pamanmu pun tahu bahwa kamu saat ini ada ditempatku.. Don, kamu akan aman bersamaku"

Oh, sungguh kata-kata yang terakhir itu begitu membuatku nyaman dan terharu. Dan dengan senyuman mautnya, Steve menyodorkan obat untuk kuminum. Singkat cerita, selama hampir 2 hari aku dilayani oleh Steve bak raja. Tempat tidurnya yang besar dengan ranjang dan bed cover yang mewah diserahkannya padaku karena selama 2 hari ini dia tidur di sofa besar disebelah ranjangnya yang kutiduri. Aku tidak inging menggagu tidurmu katanya lembut waktu itu.

Benar juga kata Steve, 2 hari kemudian aku sudah sembuh total. Anusku tak lagi kurasakan sakit, hanya pegal-pegal sedikit yang kurasakan.
"Don, selama seminggu ini kamu istirahat dulu yah disini. Aku sudah menyerahkan surat keterangan sakitmu dari dokter ke sekolah. Pamanmu juga sudah setuju kamu ada disini sementar. Ok!", sambil mendekat Steve mengecup dahiku
Hari-hari terus berlalu, hingga aku betul-betul merasa sehat. Malam ini adalah malam ke-5 dimana aku menginap di apartemen mewahnya Steve. Saat itu aku sedang membaca-baca buku pelajaran sekolah, agar tak ketinggalan, sambil tengkurap diranjang. Steve yang habis mandi keluar dari kamar mandi dan menimbulkan bau harum yang sensasional sekali. Aku menoleh kearah Steve, begitupun sebaliknya. Dia tersenyum manis sekali padaku. Sambil masih mengenakan lilitan handuk dipinggangnya, ia mendekatiku. Dibawah keremangan lampu baca, aku dapat melihat tubuh atletis Steve yang menawan. Memang tidak seperti Indra yang berotot bagaikan binaraga, tapi Steve memiliki lekuk tubuh yang begitu sexi dan tonjolan otot-otot yang seimbang. Tubuhnya putih mulus, bersih dan wangi sabun mahal. Otot dadanya tersembul sexi sekali, dengan puting susunya yang tegang berdiri kemerah-merahan. Ingin sekali rasanya aku meraba tubuhnya yang begitu bagus.

"Don, kok kamu bengong gitu sih ngelihat aku? Kenapa..?"
"Mmh, nggak kok nggak kenapa-kenapa", jawabku sambil membalikan badan terlentang tepat menghadap kearahnya.
"Steve.. mmh.. kamu cakep yah", kataku polos dan tak sadar dengan apa yang kuucapkan barusan.
"Kamu juga.. kalau nggak, mana mau aku bawa kamu kesini", katanya nakal.
"Kamu jangan ambil pusing dengan anak-anak badung itu ya, mereka memang kalau mengerjai orang suka agak kelewatan, dulu aku juga dibegitukan, sama seperti kamu"
"Mmh maksud kamu..?", tanyaku.
"Mereka sengaja menentukan siapa-siapa saja yang berhak menjadi anggota geng mereka, dengan catatan anak tersebut harus difucking terlebih dulu oleh mereka ber-3"
"Hah..?", kataku serasa tak percaya bahwa mereka benar-benar kelainan.
"Kamu marah sama mereka Don?", tanya Steve.
"Mmh nggak kok, sebenarnya.. mmh.. aku.. mmh, aku"
Steve hanya nyengir mendengar jawabku yang terbata-bata itu.
"Oke oke, kamu nggak perlu lanjutkan, aku sudah tahu kok. Dari cara kamu memandangku saja aku sudah tahu kalau kamu sebenarnya juga suka sama cowok kan?", tanyanya langsung menembak kesasaran.

Setelah berkata-kata itu, tiba-tiba Steve menduduki perut bawahku dengan mengangkangkan kakinya, ia mulai membuka lilitan handuk putihnya. Seperti tersihir, aku terbujur kaku menyaksikan pemandangan yang hampir-hampir aku tak percaya bahwa ini bukan mimpi. Lilitan handuk itupun terlepas, dan Steve mulai membuka lipatan sampingnya kearah selangkangannya.

"Don, kamu suka aku?"
Aku hanya bisa mengangguk kecil dan berkata, "Steve, selama ini kamu hanya hadir dalam mimpi-mimpiku, mungkinkah ini semua nyata?"
"Kita lihat saja malam ini, apakah ada chemistry antara kamu dan aku".
Sambil berkata demikian, Steve menbuka handuknya. Tersembulah keluar sebuah batang burung diantara lebatnya bulu-bulu halus disekitarnya. Jembut Steve ternyata lebih lebat dibanding punya Jo. Sama seperti Roger, Steve juga belum disunat.

Telapak tangannya diselusupkan dibalik kaos longgarku. Telapak tangannya meraba-raba perutku, dengan halus dan lembut sekali, diarahkannya ke dadaku. Dicarinya 2 buah puting kenikmatan, kemudian dirabanya dengan arah berputar. Sesekali dicubitnya putingku dengan lembut. Arghh.. arghh.. aku menggelinjang keenakan. Udara dingin AC, membuat bulu kudukku jadi merinding dan hal ini membuat birahiku tambah memuncak. Kulihat kontol Steve pun sudah mulai berdiri dari sarang jembutnya. Kuarahkan tanganku, namun tidak langsung kekontolnya, ke arah dadanya. Kupegang dadanya dengan ke-2 telapak tanganku dan kupijit lembut puting susunya.

Bagai kesetanan, Steve langsung membenamkan kepalanya masuk dalam sela-sela kaos longgarku. Arghh.. arghh.. birahiku semakin memuncak, tatkala kurasakan lidahnya mulai menjilati putingku, digerak-gerakkannya lidahnya memutar kesana kemari dan kadang diakhiri dengan gigitan lembut diputingku. Akhirnya dia membuka kaosku, celana karetku pun dipelorotkannya dengan mudah. Karena aku tidak pakai underwear, jadilah aku langsung bugil dengannya saat itu.

Steve begitu lembut dan gentle memuaskan nafsunya kepadaku. Kontolnya dan kontolku bertemu dibawah sana. Dengan gerakan agak memutar, digenjotnya pantatnya ringan, sehingga membuat gesekan halus pada kontolku. Jembutnya yang lebat dan halus itu serasa menggelitik selangkanganku.

Tanganku yang tadinya asyik memainkan puting susu dan otot perutnya, diambilnya dan diarahkannya kebawah kepalaku. Ditekannya pangkal lenganku. Dijilatinya ketiakku, disapunya dengan lidahnya dari putingku sampai ketiak. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya Steve mendaratkan ciuman dahsyatnya kepadaku. Digigitnya bibir bawahku, diemutnya dan disedotnya masuk kedalam mulutnya yang hangat dan lembut itu. Lidahnya memasuki rongga mulutku, disapunya gigi, gusi dan langit-langit mulutku dengan lidahnya. Rasanya geli dan nikmat sekali. Beberapa kali dibenamkannya lidahnya jauh memasuki mulutku, hingga kurasakan lidahnya menari-nari desekitar amandelku. Pangkal lenganku masih dipegangnya dengan kuat, dan sambil menciumku, pinggang Steve juga digerak-gerakannya sehingga kontolku semakin menegang sama seperti miliknya. Aku benar-benar larut dalam permainannya yang begitu menakjubkan. Halus, lamban dan mendebarkan.

"Don, kamu mau nggak hisap punyaku?"
Tanpa jawaban, kuraih kontolnya yeng 16 cm itu dengan tanganku. Kugenggam halus dengan gerakan agak mengocok. Kontol itu sudah sangat tegang. Saat kuturunkan kulit kulupnya, ia melenguh keenakkan. Dan seperti sudah dikomando, Steve pun langsung mengangkat bokongnya yang dari tadi menduduiki perutku, dan diarahkannya kontol itu mendekati bibirku. Kujilati permukaan kepala kontolnya, kujilati lubang kencingnya, kujilati urat penutup kulitnya, bahkan beberapa kali kugigit ujung kulupnya sambil kumasukan ujung lidahku kesela-sela antara kulup dengan kepala kontolnya.

Seolah tak sabar lagi, kuangkat kepalaku dan semakin mendekat ke jembutnya yang halus. Kulumat semua kontolnya dan kumasukan seluruhnya kedalam mulutku sama seperti Indra saat memompa kontolnya kemulutku. Steve mengerang keenakan. Dan dengan gerakan maju mundur dia mulai memompa mulutku dengan kontolnya tersebut. Beberapa kali kurasakan precum nya keluar dan langsung kujilat habis.

Steve kemudian mengangkat pinggangnya dan dia berganti posisi merebahkan dirinya diatasku, sehingga membentuk posisi 69. Kami sama-sama menikmati kuluman dan kontol masing-masing. Kurenggangkan selangkanganku supaya dia dapat leluasa menjilati biji dan selangkanganku. Beberapa kali kutahan pejuku supaya jangan keluar terlebih dulu. Steve mulai menelusupkan tangannya ke bawah pantatku. Dia merenggangkan pantatku. Sambil terus menghisap kontolku, ditariknya pantatku berlawanan arah. Hal ini membuat anusku sedikit megar dan dengan ludahnya dia mulai menggosok-gosokan jarinya disana.

Kini Steve asyik memompa mulutku dengan burungnya, dan tanganya menarik pantatku kearah yang berlawanan. Sambil demikian, dijilatinya lubang anusku, mulai dari bijiku lalu turun sampai di anusku. Dengan menggunakan gel yang sudah dipersiapkannya, dioleskannya keanusku dan jari tengahnya mulai dimasukannya perlahan-lahan. Tak seperti yang kualami bersama dengan Indra, kali ini sama sekali tidak terasa sakit. Bahkan sebaliknya, aku merasakan gejolak birahi yang amat sangat.
"Arghh.. arghh", aku hanya bisa mendesah keenakkan.
"Sakit nggak Don?', tanyanya.
"Arghh.. nggak Steve, terus Steve.. terus.. arghh"

Sepertinya Steve tahu kalau aku benar-benar sudah siap untuk di fucking. Dia lantas membalikan tubuhnya, diambilnya kondom yang sudah disiapkannya dari tadi. Aku sempat melihatnya menyarungkan kondom keburungnya. Dan sambil mengangkat dan menekan pahaku, mulailah dimasukannya kontol itu kedalam anusku. Sedikit demi sedikit dan bless.. kepala kontolnya akhirnya menyeruakke dalam anusku.
"Arghh", dengan meggelinjang aku tekan pantatnya supaya dia memasukan kontolnya lebih dalam lagi ke dalam anusku.
Hahh.. hahh.. hahh.. bagaikan mesin pompa jet pump, Steve terus memompa pantatku dengan ritme yang diaturnya. Pelan, pelan, masuk dalam sekali, digenjot cepat, pelan lagi, dan seperti mau keluar dari anusku tapi tidak jadi, kemudian dimasukannya lagi lebih dalam, pelan, digenjot cepat,.. den begitu seterusnya. Steve begitu menikmatinya.
"Oh, how I love your ass, baby. It seems gonna to kill me", katanya sambil terus menggenjot.
"Come on Steve, shoot me with your cum", kataku menambah semangatnya.

Steve terus memompa anusku dengan kontolnya. Arghh.. arghh..
"Go on Steve, fuck me.. yeah.. arghh.. fuck me.. arghh"
"O yes baby.. yes baby,.. I'm fucking you.. yes.. arghh"
"Arghh.. arghh.. I'm cum in.. arghh", katanya lagi.

Dan dengan cepat Steve mencabut kontolnya dari anusku, dicopotnya kondom itu, dan dia mulai mengocok dan menggenjot mulutku. Dan..
"Arghh.. arghh.. arghh.. oh Doni", Steve mengeluarkan seluruh pejunya ke dalam mulutku.
Crott.. crott.. crott.., tembakannya begitu kencang sampai langsung masuk kedalam kerongkonganku. Sisa-sisa pejunya kujilati sampai habis, bahkan yang ada di lubang kencingnya pun tak luput kujilati bak bayi minum susu. Sisa di sekitar kulit kulupnya pun kuhirup dan kusedot lubang kencingnya, kuharap disana masih ada sisa-sisa terakhir.

Steve langsung terkulai lemah disampingku. Dipejamkannya matanya dan dirangkulnya pinggangku. Wajahnya begitu tenang dan syahdu. Tak berapa lama kemudian, tangannya mulai menggerilya tubuhku. Dirabanya sekujur tubuhku. Dan hal itu membuat kontolku tegang kembali.
Putingku kembali dijilatinya kemudian dia bilang, "Don, kamu mau nggak nembak pantatku?"
Dengan birahi tinggi namun ragu kujawab, "Mmh, mau, tapi aku nggak tahu caranya, aku kan belum pernah"
"Tenang saja, aku akan membimbing kamu. Tapi nggak usah pakai kondom ya, sayang"

Akhirnya dengan posisi doggy style, Steve menunggingkan pantatnya. Kontolku dipegangnya dari bawah selangkangannya dan dibimbingnya kontolku yang sudang ngaceng berat itu untuk memasuki liang anusnya. Ternyata anus Steve tidak sesempit punyaku. Dengan mudah aku dapat memasukan kontolku kedalamnya, bless..

Aku mulai menggenjot pantatku, maju mundur. Kugoyang-goyangkan pinggangku kanan kiri untuk memberikan sensasi yang lebih. Dan ternyata dia menyukainya.
"Come on baby, fuck me.. yeahh.. fuck me", Steve meracau keenakan.
"Ouh yes.. harder please.. yeahh.. arghh.. arghh"
Kubenamkan kontolku yang panjang itu kedalam anusnya. Meskipun kontolku agak gemuk, namun dengan mudah dapat kumasuk keluarkan dari anusnya. Dalam hatiku berpikir, mungkin ini akibat terlalu seringnya Indra mengentot anusnya Steve dan pasti anus Roger dan Jo juga sudah tidak virgin lagi. Mmh,.. aku jadi semakin penasaran dengan Indra, apakah dia masih virgin atau sudah longgar juga?

Kugenjot terus anus Steve, bagaikan mengocok, aku maju mundurkan pantatku memompa pantatnya. Sesekali kupukul pantatnya yang bputih sexy itu. Dan auw.. aku sudah tak kuat lagi menahan gejolak semburan pejuku.
"Oghf Steve,.. I like to cum in", kataku tak kuat lagi menahan peju yang ingin keluar.
"Yeah.. come on.. quickly.. let me taste your juice.. arghh.. arghh"

Dengan cepat kukeluarkan kontolku dari anusnya. Kukocok di atas tubuhnya dan crott.. crott.. crott.. pejuku membanjiri seluruh dada, leher, perutnya bahkan sampai kewajahnya. Saat aku mulai lemas, Steve mengulum kembali kontolku dan dia mulai mengocok sendiri kontolnya. Dan dengan cepat Steve pun mengeluarkan kembali pejunya, crott.. crott.. crott.. ke arah tubuhku. Arghh.. rasanya lemas, capek namun bahagia sekali.

Steve langsung membalikan tubuhku dan kini kami face to face. Sekali lagi dia mendaratkan ciuman mautnya kepadaku. Badan kami yang penuh dengan peju membuat aroma yang berbeda, seolah-olah kami bagaikan mandi peju. Dengan letih dan perasaan yang amat mendalam kami berpelukan.

"Doni, how do you feel?"
"I feel so good, Steve"
"Do you like more..?"
"Oh yes, absolutely"
"So, kamu mau jadi pacarku Don?"
"Yup, siapa takut jatuh cinta he he he!", dengan mantap kujawab dan kutarik selimut menutupi kami.

Malam itu kami tidur dengan berpelukan, rasanya aku tak ingin malam ini berakhir. Seandainya saja tak ada matahari esok yang harus membangunkan kami..

*****

Cerita ini kupersembahkan untuk Michael Teng di Jakarta, Dika di Medan.. semoga sukses selalu yah!

*****

Bagi pembaca yang ingin berkenalan dengan saya, mohon sertakan biodata lengkap dan foto kalian. Dengan senang hati saya akani menjawab semua komentar maupun pertanyaan yang kalian ajukan. Dan kalau ada yang ingin curhat, tukar pikiran atau cerita jangan ragu-ragu untuk menghubungi saya via email. Dan sekali lagi terima kasih atas tanggapan kalian. Stay in good health.

sumber ; indocerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar